Gas Mustard Digunakan di Suriah

REPUBLIKA.CO.ID,  ALEPPO -- Ahli senjata kimia menemukan adanya bukti penggunaan senjata kimia berupa gas mustard, di kota tempat pertempuran antara kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan pemberontak di Suriah. Laporan ini merupakan konfirmasi pertama penggunaan senjata kimia yang semestinya telah dihancurkan.

Menurut laporan rahasia pengawas internasional untuk senjata kimia, Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) pada 29 Oktober, disimpulkan bahwa dipastikan ada penggunaan senjata kimia di Suriah. Laporan menyatakan, ada setidaknya dua orang yang ter papar gas tersebut di Kota Marea, Aleppo, pada 21 Agustus lalu.

Temuan OPCW menjadi konfirmasi resmi pertama penggunaan gas mustard di Suriah. Padahal, pihak berwenang Suriah telah setuju menghancurkan seluruh persediaan senjata kimia, termasuk gas mustard.

Laporan memang tak menyebut langsung ISIS sebagai pengguna gas tersebut. Tapi, sumber-sumber diplomatik mengatakan, senjata kimia digunakan dalam bentrokan antara ISIS dan pemberontak di kota tersebut pada waktu itu.

"Ini menimbulkan pertanyaan besar dari mana asal gas mustard. Entah mereka (ISIS) membuatnya sendiri atau mungkin didapat dari gudang senjata yang direbut ISIS dari Peme rintah Suriah, keduanya tetap meng khawatirkan," kata salah satu sumber yang berbicara dengan syarat anonimitas.

Tim ahli OPCW telah dikirim ke Irak untuk mengonfirmasi temuan. Hasil dari sampel yang diselidiki ini diharapkan dapat keluar akhir bulan.

Pascalaporan, sebuah sesi khusus akan digelar oleh 41 anggota Dewan Eksekutif OPCW pada 23 November di Den Haag. Mereka rencananya akan membahas temuan di Suriah tersebut.
Gas mustard dimasukkan ke dalam kelompok Schedule 1, bisa menyebabkan luka bakar serius. Gas tersebut bisa melukai mata, kulit, dan paru-paru. "Sangat mungkin bahwa efek dari gas mustard mengakibatkan kematian seorang bayi," kata laporan OPCW.

Dalam sebuah pernyataan, Juru Bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat John Kirby mengatakan, OPCW merilis tiga laporan mereka kepada negara-negara anggotanya.
Dari sana ada dua laporan yang sangat mengganggu, yakni konfirmasi penggunaan senjata kimia dan kesimpulan adanya penggunaan tersebut.

Selain penggunaan gas mustard, Kirby mengatakan, OPCW menemukan adanya penggunaan bahan kimia beracun lain kemungkinan klorin di wilayah yang dikuasai oposisi ber sen - jata di Idlib. Menurutnya, saksi mata mengatakan, mendengar helikopter di atas kepala saat tiba-tiba amunisi senjata kimia meledak.

"Hanya rezim Assad yang memiliki helikopter," katanya mengacu pada pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad, seperti dikutip Aljazirah.

Laporan secara resmi akan disampaikan kepada Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki- moon akhir bulan ini. Ini akan menambahkan semakin banyak bukti bahwa ISIS memperoleh dan menggunakan senjata kimia di Irak dan Suriah.

Pihak berwenang Kurdi awal bulan ini juga mengatakan, pasukan ISIS menembakkan mortir yang mengandung gas mustard ke tentara Pesh merga Kurdi di Irak utara. Hal ini di buktikan dari sampel darah yang di ambil dari sekitar 35 tentara menun jukkan adanya tanda paparan gas mustard.

Seharusnya sudah musnah Suriah semestinya menghancur kan semua senjata kimianya sejak 18 bulan lalu. Sebab, penggunaannya melanggar revolusi Dewan Keamanan PBB dan Konvensi Senjata Kimia pada 1997.

Pada September 2013, Suriah telah setuju untuk menghancurkan program senjata kiminya di bawah kesepakatan dengan AS dan Rusia. Kesepakatan diambil setelah ratusan orang tewas dalam serangan gas sarin di pinggiran Damaskus.

Terakhir kali pada Juni 2014, Suriah mengklaim telah menyerahkan sekitar 1.300 ton bahan kimia ke OPCW. Namun, beberapa pemerintah Barat menyatakan keraguan bahwa pemerintah Assad telah menyerahkan seluruh persediaan mereka.

OPCW juga menemukan penggunaan klorin secara ilegal dalam serangan sistematis terhadap warga sipil. Di Idlib, menurut laporan, beberapa insiden pada Maret dan Mei 2015 menunjukkan kemungkinan penggunaan satu atau lebih jenis bahan kimia beracun.

Kini, sebuah tim investigasi gabungan PBB dan OPCW telah di bentuk. Mereka akan menyelidiki siapa yang berada di balik serangan-serangan senjata kimia ini. rep: Gita Amanda reuters, ed: Yeyen Rostiyani


Mustard, Zat Pelepuh

Gas Mustard Digunakan di Suriah INGO WAGNER/EPA Gas mustard biasanya dimasukkan dalam zat pelepuh karena luka bakar yang diakibatkan nya mirip dengan luka bakar dan luka melepuh yang melembung berisi cairan. Gas ini juga menyebabkan kerusakan parah pada mata, sistem pernapasan, dan organ dalam maka gas mustard bisa digambarkan sebagai "zat pelepuh dan perusak jaringan".

Menurut laman Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) dampak gas mustard tidak langsung terlihat. Gejala pertama baru akan muncul pada 2 sampai 24 jam kemudian setelah terpapar.

Gas mustard diproduksi pertama kali pada 1822. Namun, dampak bahayanya baru diketahui 1860. Gas ini pertama kali dipakai sebagai senjata kimia pada akhir Perang Dunia I dan menyebabkan sejumlah besar tentara menderita cedera pada paru-paru dan mata. Bahkan, banyak di antara mereka yang menderita sakit 30-40 tahun sejak terpapar gas mustard.

Dalam bentuk biasa, gas mustard tidak berwarna dan nyaris tidak berbau. Namun, karakter baunya mirip bawang putih yang busuk. Indera penciuman dibuat tumpul hanya dalam beberapa hirupan napas sehingga bau gas mustard sulit dideteksi. Gas mustard ini dapat membuat cedera hanya dalam konsentrasi rendah.  ed: Yeyen Rostiyani

0 Response to "Gas Mustard Digunakan di Suriah"

Post a Comment