Selama tiga tahun, Peter Faris mengemudi taksi untuk Uber di kawasan Washington DC, tetapi pria berusia 49 tahun itu mengatakan ia semakin jauh dari kue yang dihasilkan bisnis itu. Mengapa?
Pasalnya, Faris berkata, karena para penumpang tidak dapat memberikan tip kepadanya melalui aplikasi Uber.
Perusahaan itu memang menggunakan fitur itu sebagai nilai jual, dengan memberitahukan kepada konsumen di situsnya bahwa “tidak perlu memberikan tip”, meskipun sudah menjadi kebiasaan di Amerika Serikat untuk memberikan uang persenan kepada pengemudi taksi.
“Hanya sekitar 5% penumpang yang memberikan tip,” karena sebagian besar dari mereka membayar ongkos taksi dengan kartu atau PayPal dan bukan dengan uang tunai, kata Faris.
Ia punya pendirian yang begitu kuat mengenai hal ini sehingga ia membuat petisi di internet pada bulan Februari untuk menuntut agar Uber menambah fitur tip dalam aplikasinya sehingga memungkinkan penumpang meninggalkan tip tanpa harus membawa uang tunai.
Petisi ini sudah didukung oleh 28.000 orang tetapi Uber belum mengeluarkan pernyataan.
Pro dan kontra
BBC Capital menghubungi Uber untuk meminta tanggapan dan seorang juru bicara perusahaan itu tidak bersedia memberikan komentar tentang petisi tersebut, tetapi mengatakan, ”Dengan Uber tidak perlu memberikan tip. Begitu penumpang sampai di tujuan, tarif taksi secara otomatis dipotongkan dari kartu kredit yang ada di data, sehingga tidak perlu membawa uang dan tidak perlu repot.”
“Terdapat kesalahpamahan besar di pihak konsumen bahwa tip digabungkan dengan tarif Uber, atau bahwa sopir tidak boleh menerima tip,” jelas Miriam Cross yang mengamati masalah ini untuk Kiplinger, penerbit data mengenai perkiraan bisnis dan nasihan keuangan pribadi.
Sebaliknya, Lyft, saingan terbesar Uber di Amerika, mengatakan konsumen didorong meninggalkan tip ketika membayar dan penumpang bahkan dapat mengirim tip di lain kesempatan bila mereka lupa.
Tiping tetap tergantung pada konsumen baik itu ketika membayar online maupun langsung. Pemberian tip ini sifatnya keputusan pribadi dan di beberapa negara sudah menjadi kebiasaan sedangkan di negara-negara lain pemberian tip tidak dikenal sama sekali.
Sebagai contoh, jika di Amerika pemberian tip sebesar 10% hingga 20% sudah cukup biasa di restoran, taksi dan jasa-jasa lain, jumlah tersebut dianggap terlalu besar di banyak negara lain di mana pemberian tip tidak umum atau tidak dikenal.
Bagaimanapun, menjamurnya layanan baru dari pintu ke pintu menimbulkan persoalan baru dan kebingungan tentang apa yang layak diberi tip, kapan dan apa yang sudah tercantum di harga yang kita bayar untuk jasa dalam konsep ekonomi berbagi.
Ini merupakan Kotak Pandora virtual mengenai tipping conundrum, menganulir kebiasaan yang lazim berlaku dalam etika pemberian jasa, khususnya di negara-negara dimana tip sudah menjadi bagian kebudayaannya.
Dalam banyak hal, meskipun pemberian tip disambut, penulisan review bernada positif mengenai sopir atau tuan rumah yang menyewakan kamarnya jauh lebih berharga dibandingkan pemberian uang.
Berikut adalah sejumlah pemikiran terbaru tentang apa yang pantas yang berlaku di sebagian jasa populer.
Tip untuk sesuatu yang sudah menjadi tugas?
Memberikan tip atau tidak?
Itulah pertanyaan yang terus menerus menghantui konsumen jasa seperti Instacart (jasa cepat pengantaran belanja makanan di Amerika Serikat), atau Washio (pengantaran cucian di Amerika) atau TaskRabbit (tenaga serabutan di lingkungan rumah tangga; tersedia di Amerika dan Inggris) dan Airtasker (sama dengan TaskRabbit tapi di Australia).
Jawabannya tidak selalu tegas
TaskRabbit, Airtasker dan Washio semuanya mengatakan tidak perlu memberikan tip kepada para pekerja mereka atas layanan yang diberikan. TaskRabbit memang berusaha menyediakan opsi meninggalkan tip di platform pertamanya tetapi opsi itu dihapus tahun lalu.
“Bila klien puas dengan layanan yang diberikan, ia dapat meninggalkan tip uang tunai, Paypal atau Venmo,” kata kepala bagian pemasaran Rabbit, Jamie Viggiano. Ditambahkannya, “pemberian tip sepenuhnya keputusan konsumen.”
Sementara itu, Airtasker sedang dalam proses menyediakan fitur yang memungkinkan pemberian tip di platformnya, jelas salah seorang pendirinya Tim Fung, yang mengatakan bahwa langkah tersebut ditepuh atas dasar masukan pengguna.
Instacart secara aktif mendorong pengguna meninggalkan tip bagi petugas belanja baik secara langsung maupun melalui opsi yang diberikan kepada konsumen lewat surat elektronik yang dikirim setelah setiap pengiriman.
Pilihan memberikan tip berkisar antara 5% hingga 15% dari total belanja.
Tip untuk makan malam?
Situs-situs baru seperti EatWith dan VizEat yang memungkinkan pengguna memesan makan malam dengan warga setempat di rumah mereka disebut sebagai “Airbnb makanan rumahan” yang disediakan oleh lebih dari 2.000 pemasak rumahan di 50 negara yang berpartisipasi.
Tetapi apakah konsumen seharusnya memberikan uang persenan?
Direktur komunikasi EatWith Naama Shefi menegaskan bahwa tamu tidak diharapkan meninggalkan untuk tuan rumah. “Sebaliknya, kami mendorong mereka menulis ulasan tentang pengalaman mereka,” ujarnya.
“Dengan cara itu maka calon tamu akan memetik pengalaman tamu lama dan tuan rumah akan mendapatkan ranking lebih tinggi dari hasil pencarian.”
Salah satu pendiri VizEat, Camille Rumani sepakat dengan hal itu. Ia beralasan bahwa tidak memberikan tip adalah “kunci mempertahankan keaslian pertemuan itu.
Sebaliknya, apa yang kami dorong adalah tamu membawa cenderamata bagi tuan rumah, sama seperti ketika Anda makan malam d rumah teman. Ini jauh lebih ramah dan meninggalkan kesan kuat dibanding tip.”
Tip untuk penginapan?
Banyak turis meninggalkan uang receh atau uang kertas bagi karyawan hotel bagian pembersih kamar, tetapi apakah hal itu pantas - atau memang sudah seharusnya dilakukan untuk meninggalkan sesuatu ketika kita memesan jasa berbagi rumah seperti Airbnb atau HomeAway?
Diane Gottsman, seorang ahli tata perilaku modern yang berkantor di Texas, mengatakan tuan rumah yang menyewakan tempat seringkali tidak mengharapkan tip sebab ongkos untuk membersihkan kamar sering kali sudah dimasukkan ke dalam tarif.
Namun demikian apa yang mereka harapkan adalah ulasan positif karena dengan cara itulah orang-orang akan dapat menemukan mereka, kata Gottsman.
Seorang warga Brooklyn Jimmy Lawler dan istrinya Georgette mereka tidak meninggalkan tip untuk tuan rumah Airbnb, tetapi selalu membawa cenderamata dari rumah sebagai kenang-kenangan.
“Biasanya magnet Kota New York atau pembuka botol atau sesuatu seperti itu,” jelas Lawler.
“Ini sekedar cara menyampaikan terima kasih dan meninggalkan bagian kecil dunia kami di rumah mereka.”
Kesimpulannya
Tentu saja, berapa besar kita memberikan tip untuk jasa-jasa seperti ini -dan kapan memberikan tip - kemungkinan besar tergantung di belahan dunia mana kita berada.
“Saya pikir amat penting mempertimbangkan kebudayaan dan kebiasaan ketika kita bepergian sebab setiap negara mempunyai standar masing-masing,” kata Gottsman.
“Jika ragu … bertindak sopan tidaklah pernah dianggap tidak sopan.”
Versi bahasa Inggris tulisan ini, Is this the end of tipping? dapat Anda baca diBBC Capital.
- Sumber : http://www.bbc.com
- : Mark Johanson
- : BBC Indonesia
0 Response to "Apakah era pemberian tip memang sudah berakhir?"
Post a Comment