Kedutaan besar Indonesia di Paris membantah telah mengeluarkan edaran yang melarang warga Indonesia di Prancis memberikan opini tentang serangan teror Paris.
Menurut Yosep Tutu dari KBRI Paris, "bahkan dalam keadaan normal pun mereka tidak punya hak untuk melarang warga Indonesia di Prancis beropini tentang segala sesuatu."
Jadi, "itu sekadar rumor yang tak jelas sumbernya," tegasnya kepada wartawan BBC, Ging Ginanjar.
Sebuah media memberitakan, seorang warga Indonesia di Prancis mengaku mendapat 'imbauan' untuk hanya memberikan keterangan tentang kejadian kepada pers, namun tak boleh memberikan opini.
<span >Simpang siur visa Schengen
Josep Tutu menyebut pula, KBRI belum pula mendapat informasi dari Kementerian Luar Negeri Prancis, bahwa Prancis telah membekukan sementara ketentuan Schengen.
Situs schengenvisainfo.com mengutip Menteri Dalam Negeri Prancis Bernard Cazeneuve memberitakan, Prancis membekukan partisipasinya dalam kesepakatan Schengen selama sebulan, mulai 13 November.
Disebutkan, langkah ini diambil untuk menekan ancaman teroris terhadap keamanan umum menjelang Konferensi perubahan Iklim PBB di Paris, Desember mendatang.
Perjanjian Schengen melibatkan 26 anggota, terdiri dari 22 negara Uni Eropa dan empat negara non Uni Eropa, yang intinya, satu visa berlaku untuk semua negara, selain pembukaan perbatasan antar negara anggota tanpa pemeriksaan imigrasi.
Tak ada korban WNI
Yosep Tutu dari KBRI Paris memastikan lagi, bahwa sebagaimana disebutkan semalam sebelumnya, tidak ada warga Indonesia yang menjadi korban dalam serangan Paris Jumat (13/11).
"Semua warga Indonesia bisa berhubungan dengan keluarga mereka di Prancis," katanya.
"Adapun panggilan telepon dari indonesia hari Sabtu Minggu (15/11) ini lebih pada apakah mereka aman untuk berwisata ke Prancis, seputar itu,"papar Tutu.
Sehari sebelumnya, Tutu mengatakan, "kami sudah menghubungi dua nomor Crisis Centre pemerintah Prancis, untuk mengecek apakah ada warga Indonesia yang menjadi korban. Sejauh ini tidak ada. Juga kami sudah meminta laporan dari masyarakat Indonesia di Prancis jika ada warga yang tak bisa dihubungi. Syukurlah, tidak ada."
"Di sisi lain, sejak tengah malam, sesudah kabar serangan-serangan itu, KBRI mendapat panggilan telepon tak ada hentinya dari Indonesia. Dari mereka yang cemas tentang nasib keluarga mereka di Paris yang tak bisa dihubungi. Kami membantu menghubungi keluarga yang dimaksud, dan sekarang semuanya sudah saling terhubung."
Pengalaman Nova Ruth
Sementara itu, Nova Ruth, musikus Indonesia yang tinggal di Barcelona mengungkapkan pengalamannya diliputi ketegangan beberapa menit setelah pertunjukkan, tak jauh dari lokasi serangan di Paris.
"Saya tampil dalam sebuah konser di tepi sungai Seine, di sebuah venue terapung, namanya Petit Bain. Konser selesai, orang-orang menyalami, kami bergembira. Tiba-tiba muncul kabar bahwa di tempat konser lain di Bataclan, 3,5 km dari tempat kami, terjadi serangan yang ternyata menewaskan puluhan orang. Suasana berubah seketika. Sedih, marah. Sebagian orang meledak dalam tangis," kata Nova Ruth kepada Ging Ginanjar.
"Konser sesudah kami di tempat itu dibatalkan. Venue ditutup semua setelah Presiden Francois Hollande mengumumkan keadaan darurat. Kami disarankan untuk tetap di dalam ruangan. Kami sekitar 20 orang di situ. Suasana cukup menegangkan, dengan sirine meraung-raung, ambulans berseliweran."
"Ada teman dari tim produksi saya yang malam itu kerja di produksi di Bataclan, dikabarkan tertembak, tapi selamat. Ada pula yang saat terjadi serangan, berhasil melarikan diri ketika yang lain disandera. Dan ia diminta keterangan oleh polisi sebagai saksi."
- Sumber : http://www.bbc.com
- : BBC Indonesia
0 Response to "KBRI bantah larangan opini tentang serangan Paris"
Post a Comment